Senin, 28 November 2016

CERDAS DARI MEDIA DAN CERDAS BERMEDIA

Oleh Heru Puji Winarso
Saat ini orang-orang yang memiliki kecerdasan majemuk tak terelakkan memiliki akses terhadap media. Mereka membaca buku atau koran, mendengarkan radio, menonton televisi, atau media massa lainnya. Namun, tidak ada jaminan bahwa menjadi cerdas juga memiliki kecerdasan bermedia (media literacy).
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa kemudahan bagi siapa pun memelajari ilmu dan pengetahuan dari media massa. Media seperti perpustakaan yang koleksi bacaannya dan visualnya dapat dibawa pulang ke rumah. Tak heran jika kita dapat membangun kecerdasan lewat akses terhadap media. Misalnya, seorang anak yang belum masuk sekolah di Jakarta dapat menguasai bahasa Inggris tanpa diketahui orangtuanya! Selidik punya selidik, sang anak yang istimewa ini sering menonton film Barat di televisi. Ia cerdas berkat televisi.

Menganggap media sebagai sumber informasi yang bermanfaat semata-mata dapat menjerumuskan manusia ke kubangan yang mereduksi kualitas hidup. Tak dapat dimungkiri bahwa banyak produk media tidak sesuai dengan nilai-nilai sosietal yang hendak dibangun, misalnya ajakan kepada gaya hidup hedonis, pornografi dan pornoaksi, agresivitas, bullying, politicking, dan konstruksi lain dengan agenda tersembunyi. Banyak pihak melakukan persuasi kepada khalayak melalui tayangan yang “cantik” di media, tetapi sebetulnya punya niat yang kurang baik. Iklan-iklan yang mengundang decak kagum berserakan, tetapi sebetulnya mengajak kita untuk merokok.
Di sisi lain, menganggap media sebagai hal yang harus disingkirkan juga menghilangkan peluang untuk kita mengasah kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Howard Gardner (1999), mengemukakan definisi kecerdasan yakni suatu potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktifkan dalam suatu latar kultural untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang merupakan nilai dalam suatu kultur. Jelaslah bahwa kecerdasan dapat diasah melalui media. Sehingga menafikan media merupakan tindakan yang tidak bijaksana.
Melihat kenyataan bahwa media memiliki dua sisi yang berlawanan itu mencuatkan masalah, bagaimanakah kita menyikapi dan menyiasati realitas media agar kita mampu mengoptimalkan peran media dalam menumbuh-kembangkan kecerdasan kita?
Kecerdasan bermedia
Ketersediaan media yang ada di mana-mana (omnipresent), kuasa media yang berpotensi mengubah sikap, kepercayaan nilai-nilai, dan perilaku-perilaku (omnipotent) berkombinasi dengan kecenderungan masyarakat mengonsumsi bermacam-macam media (omnivorous) menumbuhkan budaya media di dalam masyarakat. Sehingga, interaksi masyarakat dan media tak terelakkan lagi. Sekalipun individu berusaha menolak dan menghindarkan diri dari media, ia tetap tak luput dari bidikan media. Karena, orang-orang kepada siapa ia berinteraksi juga mengonsumsi media. Dengan demikian, kecerdasan bermedia menjadi keniscayaan bagi setiap individu. Kecerdasan bermedia (media literacy) adalah suatu kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan komunikasi dalam berbagai bentuk melalui media.
Dengan kecerdasan bermedia, individu mampu mengelola pesan di media demi membekali diri menghadapi kenyataan hidup sehari-hari. Pada dasarnya kita menghadapi dua realitas dalam hidup kita, yakni realitas dalam dunia nyata dan realitas di media (Potter, Media Literacy, 2001). Dunia nyata adalah tempat di mana kita melakukan kontak langsung dengan orang-orang lain, lokasi, dan peristiwa. Sebagian besar dari kita merasa bahwa dunia nyata ini amat terbatas, sehingga kita tidak dapat mengambil semua pengalaman dan informasi. Dalam rangka memperoleh pengalaman-pengalaman dan informasi tersebut, kita melakukan penjelajahan melalui dunia media.
Di situlah letak permasalahannya. Realitas di media, karena tidak alami, amat rentan terhadap distorsi. Karena pesan-pesan di media dikonstruksi, pesan-pesan itu merupakan representasi dari realitas yang diboncengi nilai-nilai dan sudut pandang, dan masing-masing bentuk media menggunakan seperangkat aturan yang unik untuk mengonstruksi pesan-pesan. Jadi, seseorang harus memiliki suatu kecakapan dalam berhadapan dan mengonsumsi media.
Ironisnya, justru media massa tak pernah memberikan pendidikan media literacy secara langsung. Sebab, khalayak yang cerdas menagih kualitas manajemen media dan pengonstruksian pesan yang pada gilirannya meniscayakan institusi media merogoh kocek lebih dalam. Bila biaya melansir media menjadi mahal, profit akan menjadi menipis. Tetapi kondisi ini bukan satu-satunya implikasi. Kesiapan sumberdaya merupakan pokok masalah bagi institusi media yang baru tumbuh di Indonesia. Dengan begitu, untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi era informasi dan pergaulan antarbangsa diperlukan rekayasa sosial yang bertujuan membentuk masyarakat yang well-informed tanpa harus menjadi buta media.***
(www.kajiankomunikasi.wordpress.com)

MACAM-MACAM TEORI KOMUNKASI MASSA

MACAM-MACAM TEORI KOMUNKASI MASSA
1.TEORI PELURU (BULLET  THEORY)
Dijelaskan dalam teori peluru ini media dianggap sebagai orang yang lebih pinter dibandingkan khalayakbisa dikelabui sedemikian rupa dari apa yang disiarkan oleh media. Sehingga teori peluru ini sama dengan teori IPS ( ilmu pengetahuan sosial) yang dmana setiap pesan media yang disampaikan oleh media akan berdampak dan menimbulkan sebab akibat. Contohnya: Adanya adegan bergenre action seperti film naruto atau film-film lainna,yang banyak adegan actionnya,sehingga hal ini berpengaruh terhadap perilaku-perilaku anak-anak dalam kehidaupan sehari-harinya. Apabila mereka berkelahi tak jarang mereka meniru atau melakukan hal yang sama persis dengan apa yang dilakuakan oleh artis atau aktornya dalam film tersebut.
2.TEORI KULIVASI (CULTIVACTION THEORY)
Suatu teori tentang nilai-nilai yang disalurkan ketelevisi-televisi di masing-masing rumah dan khalayak. Khalayak tersebut menganggap  bahwa apa yang disampaikan oleh media itu sesuai dengan apa yang terjadi di dalam masyarakat atau kehidupan pada nyatanya. Penjelasan tersebut berkaitan dengan teori IPS,mengapa? Karena menjelaskan dampak sosial dan nilai sosial yang menjadi sebab akibat khalayak terpengaruh oleh media.
3.TEORI IMPERIALISME BUDAYA (CULTURAL IMERIALISM THEORY)
Dalam teori ini dijelaskan bahwa media barat lebih mendominasi acara-acara di dalam televisi swasta di Indonesia,sehingga media massa yang ada di Indonesia meniru atau terpengaruh oleh media asing. Hal ini berdampak terhadap budaya yang ada di Indonesia yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori kultural,yang dimana media mempengaruhi budaya atau menciptakan budaya baru.
4.TEORI PERSAMAAN MEDIA (MEDIA EQUATION THEORY)
Dimana khalayak atau manusia menganggap media sebagai orang,ada sebuah tayangan yang sedih,dia justru merasa senang atau justru merasa marahh,sebagai contohnya kasus Nenek Minah yang dijatuhi hukuman kurungan 1,5 bulan penjara akibat perbuatannya memungut biji coklat. Seakan-akan teori persamaan media ini berkaitan dengan teori common sense (Akal Sehat) ,bahwa pengetahuan atau gagasan yang dimiliki oleh setiap orang pada kadarnya berbeda-beda.
5.TEORI KEHENINGAN (SPIRAL OF SILENCE THEORY)
Didalam teori ini manusia lebih berasumsi pada mayoritas dan menekan minoritas. Mereka yang berada dipihak minoritas akan beranggapan kurang tegas dalam mengemukakan pandangannya. Seseorang yang sering merasa perlu menyembunyikan sesuatunya ketika berada dalam kelompok mayoritas. Sebaliknya,mereka yang berada dipihak mayoritas akan merasa percaya diri dengan pengaruh dari pada dengan mereka dan terdorong untuk menyampaikannya kepada orang lain. Dengan demikian maka teori keheningan ini berkaitan dengan teori keritik,dimana manusia lebih memilih kedamaian dan kebebasan dalam sebuah golongan atau kelompok.
6.TEORI PENGHARAPAN NILAI (THE EXPECTANCY VALUE THEORY)
Menurut teori pengharapan nilai ini,khalayak mengharapkan tayangan televisi yang menghibur seperti acara OVJ,yang membuat khalayak terhibur dari segi comedi,bila tidak maka khalayak akan meninggalkannya sesuai dengan teori praktis,jika dibutuhkan maka khalayak akan menontonnya atau mengkomsumsinya,jika tidak maka khalayak akan meninggalkannya.
7.TEORI JARUM SUNTIK (HYPODERMIC NEEDLE THEORY)
            Teori ini merupakan teori yang dapat membuat manusia atau khalayak terpengaruh perilakunya dengan beritanya maupun iklan,sehingga dapat juga dijelaskan oleh teori  IPS ini dimana sebab akibat media itu. Contohnya: Perang antara Amerika Serikat dan Spanyol pada tahun 1898,merupakan kejadian yang didorong oleh koran yang diterbitkan oleh William Randolph Hearst. Koran yang memberitakan tenggelamnya kapal peang Amerika Serikat yang bernama Maine,di Havana Harbor merupakan ulah tentara Spanyol dengan sangat besar dan terkesan berlebihan ,sehingga perangpun tidak dapat terhindarkan. Dan kapal perang Amerika Serikat yang tenggelam tersbut bukanlah karena tentara spanyol.
8.TEORI KETERGANTUNGAN (DEPENDENCY THEORY)
            Teori ini menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media,untuk memenuhi kebutuhannya ,maka media tersebut akan menjadi semakin penting atu perkasa untuk orang tersebut. Contohnya: Bila anda menyukai gosip,anda akan membeli tabloid gosip,dibandingkan dengan membeli korang kompas. Oleh karena itu maka teori berkaitan dengan teori praktis,yang dimana dalam teori tersebut dijelaskan bahwa kebutuhan khalayak atau pemirsa akan kebutuhan media sangat kergantungan atau membutuhkan.
9.TEORI PERBEDAAN INDIVIDU (INDIVIDUAL DIFFERENCES THEORY)
            Teori ini menjelaskan bahwa setiap individu dengan individu yang lainnya berbeda dari segi pengetahuannya atau pengalamanya. Psikologisnya,biologisnya pun berbeda dari lingkungan yang di pelajarinya itu. Maka mereka menghendaki seperangkat sikap,nilai,dan kepercayaan yang merupakan tataran psikologis masing-masing pribadi yang membedakannya dari yang lainnya. Sama dengan teori common sense atau akal sehat dimana individu mempunyai penetahuan dan rasionlitas yang berbeda-beda pada asumsi tertentu.
10.TEORI HUBUNGAN SOSIAL (SOCIAL RELATIONSHIP THEORY)
            Dimana didalam teori ini menjalaskan orang lebih banyak mendapatkan informasi dari media,lewat orang lain,dengan hubungan interaksi sosial,dibandingkan melalui media. Maka dari penjelasan tersbut dapat dikaitkan dengan teori praktis,dimana dalam teori paraktis ini manusia lebih membutuhkan informasi –informasi,jika dibutuhkan. Contohnya seperti kaum awam yang dikunjungi oleh beberapa Da’i yang mana tidahk mengetahui ajaran-ajaran apapun lalu diberikan informasi oleh Da’i-da;i tersebut berupa ajaran-ajaran islam kemudian ajaran tersebut diterima oleh kaum awam.
11.TEORI PEMBELAJRAN SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)
            Dijelaskan dalam teori pembelajaran sosial ini,khlayak atau pemirsa meniru apa yang mereka lihat dari televisi,melalui suatu proses pembelajran sosial tersebut. Hasil dari pembelajran tersebut dijadikan ilmu. Dengan demikian maka teori ini berkaitan dengan teori IPS,dimana dalam teori IPS ini,dijelaskan sebab akibat dari pembelajaran tersebut dalam tayangan televisi.
12.TEORI DISONANSI KOGNITIF ( COGNITIVE DISSONANCE THEORY)
            Suatu teori yang menjelaskan ketidaknyamana seseorang yang diakibatkan oleh sikap,pemikiran,dan perilaku yang tidak konsisten dan memotivasi,seseorang untuk menggambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Contohnya secara logis ,kain yang bersentuhan dengan api tidak terbakar,maka saat itu terjadii disonansi kognitif dalam diri kita,sama dengan dengan teori akal sehat dimana dalam teori akal sehat ini,manusia menggap benda itu tidak sesuai dengan kadar akal tertentu atau tidak rasionalitas.
13.TEORI PENGGUNAAN DAN PEMENUHAN KEPUASAAN (USES AND GRATIFICATION)
            Teori uses and gratification ini berkaitan dengan teori praktis,dimana dalam teori tersebut dijelaskan bahwa khalayak sangat membutuhkan kegunaan tayangan sepakbola saat musim Liga Bola,untuk memenuhi kepuasaan akan media tersbut,dengan demikian maka,tayangan yang lain akan dilupakan dan dipindahkan ketayangan sepakbola tersebut.
14.TEORI PENENTU AGENDA(AGENDA SETTING THEORY)
            Teori agenda setting ini beraitan dengan teori kritis,dimana dalam teori tersebut dijelaskan bahwa setiap media dianggap penting oleh khalayak untuk penentuan kebenaran informasi kedalam agenda publik,sehingga kehadiran media bisa mempengaruhi hukum pemerintahan. Contohnya seperti pemilihan presiden 2014,maka media televisi akan digunakan sebagai media kampanye atau politik,dalam penentu agenda publinya sangat kuat.
15.TEORI DETERMINISME TEKNOLOGI (TECHNOLOGICAL DETERMINISM THEORY)
            Dalam teori ini dijelaskan perubahan media teknologi informasi sangat penting bagi kehidupan manusia dijaman sekarang ini,maka teori ini juga berakitan dengan teori akal sehat dimana media dianggap benda hidup. Contohnya seperti fenomena munculnya smartphone yang sedang marak digunakan oleh masyarakat Indonesia pada saat ini.
16.TEORI NILAI BUDAYA (CULTURLAL NORM THEORY)
            Dalam teori nilai budaya ini media sangat mendukung nilai-nilai budaya yang ada di dalam masyarakat,melalui media yang ditayangkan didalam televisi,yang dimana pesan-pesan yang disampaikan media massa memperkuat budaya yang sudah ada. Hal ini berkaitan dengan teori normative,dimana,dalam teori normative ini budaya yang sudah luntur akan  menjadi hidup kembali. Contohnya acara pertunjukan wayang golek yang ditayangkan ditelevisi terbukti telah memberikan tempat pada budaya tersebut untuk diapresiasikan oleh masyarakat. 
17.TEORI DIFUSI INOVASI
            Teori defusi inovasi berkaitan dengan teori kultural,mengapa saling berkaitan? Karena didalam teori ini menjelaskan suatu ide atau teknologi baru yang dikomunikasikan melalaui saluran-saluran teelevisi kemasing-masing televisi diseluruh dunia dengan jangka waktu yang ditentukan dalam sebuah kebudayaan atau sisitem sosial. Dengan demikian maka hal ini mempengaruhi kebudayaan,bahkan membuat atau menciptakan kebudayaan baru.
18.TEORI KONTRUKSI SOSIAL (SOCIAL CONSTRUCTION THEORY)
            Dimana dalam teori ini dijelaskan bahwa media dapat menghasilkan atau bahkan menciptakan kontruksi sosial,seolah-olah film itu kehidupan sosial,padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Maka teori tersebut berkaitan dengan teori common sense atau akal sehat,dimana media itu dianggap hidup,padahal sebaliknya,tidak rasionalitas. Contohnya sinetron FTV di SCTV “CINTA KU DI DANAU CIPULE”.
19.TEORI MEDIA KLASIK
            Suatu media yang mempunyai ciri khas yang menonjol dalam penggunaan membiaskan massa historis apapun,mengikat waktu,dan mengikat ruang .dimana media tersebut sebagai sebuah pikiran manusia yang diciptakan untuk memaksakan manusia dikuasai oleh manusia media. Teori ini juga berkaitan dengan teori kritis,dimana media dijadikan alat untuk kepentingan hiburan,politik,informasi,intertaiment dan sebaginya Contohnya aktor Lee Min Ho,kini begitu di puja oleh masyarakat Indonesia khususnya para wanita. Ini merupakan akibat campur tangan media yang selalu memperlihatkan dan menyorot kehidupan dan prestasi yang diraih oleh lee min ho, sehingga khalayak mengetahui semua tentang lee min ho.
20.TEORI MEDIA BARU
            Teori ini berpendapat bahwa gambaran  media bukan dalam bentuk informasi,interaksi,atau penyebarannya,tetapi dalam bentuk ritual atau bagaimana manusia menggunakan media sebagai cara menciptakan masyarakat dengan menyatukan masyarakat dalam bentuk rasa saling memiliki. Hal ini berkaitan dengan teori kritis dimana media sangat mempunyai peran penting bagi Nasionalisme masyarakat. Contohnya kekalahan Indonesia atas Malaysia dalam pertandingan bola beberapa waktu yang lalu membuat Indonesia semakin gencar dalam mempertahankan nasionalismenya,terlebih masalah antara kedua Negara ini yang telah disorot oleh media tidak hanya satu,mulai dari batik,tari pendet,dan lain-lain.

Sabtu, 16 Januari 2010

Review UNDERLINE


Band yang terbentuk di awal bulan agustus tahun 2009 disalah satu scene Underground kota padang “Damar Union Boys” sebuah band yg sangat terinfluence oleh Minor Threat,Youth Of Today, Chain Of Strength, Gorilla Biscuits, Warzone dll. Beranjak dari sebuah ketertarikan didalam melihat sebuah fenomena yg ada di komunitas Underground Padang tentang sebuah persepsi yang pada akhirnya melahirkan sebuah ide untuk membuat side project ini dengan semangat dan keseriusan untuk mengeluarkan sebuah EP yg berjudul "YOUTH CREW REVIVAL" sebuah judul yg terinspirasi oleh lagu Youth Of Today "Youth Crew" yg bercerita tentang pola hidup POSITIF.


Berawal dari sebuah side project yg terdiri dari gabungan beberapa band punx rock dan hardcore kota Padang sep: Radio Salvation, Subdecide, Long Vacation Dan Morally Straight(Bandung), Underline berangotakan: Rico – Vox, Anes – Gitar, Devid – Gitar, Iko – drum dan Fata - bass. Banyak hal yg menginspirasi didalam proses terbentuknya band ini, begitu juga dengan proses pembuatan lagu, tidak bermaksud membatasi diri ataupun mengeksklusifkan diri dari arus atau gelombang yg selalu datang dan berganti, kita selalu bercerita tentang sebuah pilihan, sebuah pilihan yang didasari oleh padangan personal "PERSONAL OPINION" tentang "HIDUP POSITIF" yang coba kita sampaikan melalui lirik didalam sebuah lagu dengan sound dan beat hardcore tahun 90 - an yg kita padukan dengan beat - beat grovy ala Hardcore Newschool.

Banyaknya band2 hardcore mulai dari band hardcore era2 awal hingga sampai saat ini dengan ciri khas masing2 tapi tetap dengan lyric yg kuat yg sarat akan pesan bahkan kritik2 sosial yg membuat kita sangat tertarik dan menjadikan hardcore sebagai sebuah pilihan, sebuah genre yg sangat tepat bagi kita untuk membuat sebuah karya, bersuara, mengkritisi dan menghargai nilai2 kebebasan and At last we play music just for GOOD, CLEAN AND FUN.

bagi temen-teman yang ingin mendegarkan lagu dari band ini silahkan berkunjung ke http://www.myspace.com/underlinepadang

Jumat, 15 Januari 2010

Bagaimanakah Teknik Menulis Untuk Media Massa

Semua orang bisa menulis
Kecuali yang sama sekali tidak beroleh pendidikan formal atau nonformal. Masalahnya, di mana dan untuk apa dia menulis?

Media massa (koran, majalah, tabloid) menyediakan begitu banyak ruang bagi para (calon) penulis umum, di luar rubrik yang biasa diisi para wartawan media bersangkutan. Setidaknya ada dua rubrik yang bisa dimanfaatkan: opini dan surat pembaca. Seiring perkembangan teknologi, tulisan melalui pesan pendek (SMS) pun kini bisa dimuat di surat kabar.

Tapi, menulis di media massa itu banyak aturan. Pasti. Aturan pertama, biasanya media hanya menerima tulisan yang sesuai dengan visi, misi, dan karakter media mereka. Koran politik akan sangat terbuka dengan tulisan-tulisan politik, meski tetap menerima jenis tulisan lain untuk rubrik tertentu seperti cerpen, puisi, tema-tema pendidikan dan humaniora, dan lain-lain.

Kedua, penggunaan bahasa yang sopan (kecuali di media-media "esek-esek", yang tidak akan saya bahas di sini). Sedikit penguasaan bahasa beserta ejaan yang disempurnakan mau-tak mau menjadi prasyarat bagi calon penulis.

Ketiga, tema yang spesifik dan aktual. Koran harian mengharamkan tema-tema yang basi. Tema besar yang menyedot perhatian banyak orang memang akan bertahan lama, tapi ketika ada peristiwa lain yang lebih "besar", topik yang lama tadi masuk kategori basi.

Keempat, ide tulisan harus asli (orisinal), bukan jiplakan. Inilah yang dianggap paling sulit dilakukan oleh para penulis, karena menurut mereka untuk menghasilkan ide yang orisinal setidaknya dibutuhkan "kepakaran" di bidang tertentu yang menjadi objek tulisannya.

Tapi, benarkah demikian? Belum tentu.

Seperti sudah disebutkan, setiap orang bisa menulis. Dan untuk bisa menulis di media massa ada tip dan trik yang harus dilakukan.

LATIHAN. Itu kata sakti jika kita ingin memiliki kemampuan dalam segala hal. Tanpa latihan, apa yang ingin kita lakukan tidak akan mencapai "kesempurnaan". Pula dalam menulis. Kita sering mendengar ucapan: "satu-satunya cara menjadi penulis adalah "menulis".

Latihan menulis tidak perlu terlalu dipikirkan bagaimana caranya. Mulailah dari buku harian. Ya buku harian. Atau, jika Anda blog literate, media blog merupakan jalan paling mudah dewasa ini untuk berlatih menulis. Dengan adanya forum komentar, tulisan kita bisa dinilai oleh semua orang. "Ah, saya takut ntar dikritik."

Jangan takut kritik. Anggap saja konsultasi gratis. Tokh, tujuan kita memang belajar.

Buku harian, yang sifatnya personal, jangan diremehkan. Buku Pergolakan Pemikiran Islam oleh Ahmad Wahib juga berangkat dari buku harian. Belum lagi Catatan Harian Seorang Demonstran oleh Soe Hok Gie.

Latihan menulis secara personal pada dasarnya merupakan usaha mengasah kepekaan kita. Kepekaan adalah modal penting seorang penulis. Kepekaan menuntun kita untuk berbuat, beropini, menentang, dan merespons segala yang terjadi di sekitar kita. Kepekaan juga mengantarkan kita pada ide-ide.

Jadi, mulailah latihan dari sekarang.

Mengasah kepekaan

PADA bahasan sebelumnya, kita mulai berlatih menulis secara personal sebagai cara mengasah kepekaan. Sebenarnya ada banyak cara lain untuk mengasah kepekaan.

Membaca, tentu saja. Membaca buku, baik fiksi maupun nonfiksi. Artikel opini di media massa, cerpen, atau novel. Selain untuk mempertajam intuisi, membaca juga merupakan jalan untuk menambah wawasan dan referensi. Siapa tahu berguna untuk tulisan kita nantinya.

Nonton berita di tivi, acara-acara lainnya, bahkan termasuk infotainmen juga bisa menjadi lahan untuk mengasah kepekaan kita terhadap suatu hal. Pengamat media massa seperti Veven Sp Wardhana mesti nonton satu-dua sinetron (meski tidak harus mengikuti sampai tuntas) untuk bisa membuat tulisan kritis tentang hal tersebut.

Ngobrol, diskusi juga bisa mengasah pisau analisis kita sekaligus memperluas cakrawala dan jaringan sosial. Jangan lupakan blog juga.

Dengan adanya masukan-masukan dari bahan bacaan, tontonan, obrolan, maka akan timbul ide, sangsi, debat, pertanyaan-pertanyaan, yang bisa mengarah untuk munculnya inspirasi dan ide.

17 pantangan dalam menulis opini ke Kompas

Wartawan Kompas Pepih Nugraha di blognya "membocorkan" 17 penyebab sebuah artikel ditolak oleh Desk Opini Kompas. Mereka adalah:

1. Topik atau tema kurang aktual
2. Argumen dan pandangan bukan hal baru
3. Cara penyajian berkepanjangan
4. Cakupan terlalu mikro atau lokal
5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung
6. Konteks kurang jelas
7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer
8. Uraian Terlalu sumir
9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah
10. Sumber kutipan kurang jelas
11. Terlalu banyak kutipan
12. Diskusi kurang berimbang
13. Alur uraian tidak runut
14. Uraian tidak membuka pencerahan baru
15. Uraian ditujukan kepada orang
16. Uraian terlalu datar
17. Alinea pengetikan panjang-panjang


Sepuluh Cara Menemukan Kembali Jurnalisme

Howard Owens dari GateHouse Media punya sepuluh cara bagi wartawan "menemukan kembali" jurnalisme. Berikut ini terjemahan dari artikelnya yang berjudul "Ten things journalists can do to reinvent journalism".
  • Berhenti menulis untuk halaman depan. Terlalu banyak wartawan dan saya dulu juga begini sebagai reporter berpikir bahwa halaman depan adalah satu-satunya pembuktian kuat mereka sebagai wartawan. Pada web, tentu saja, tidak ada halaman depan hanya stempel waktu. Lebih baik menulis cerita yang benar ketimbang cemas di mana editor akan memuat cerita kita di edisi cetak.

  • Berhenti memperlakukan jurnalisme seperti sebuah persaingan. Memang menyenangkan mengalahkan media lain, tapi itu tidak boleh jadi satu-satunya alasan mendapatkan cerita. Menginginkan setiap cerita supaya terbit lebih dulu dari pesaing akan berujung pada kesalahan, baik dalam pelaporan maupun proses berpikir bagaimana menangani cerita itu. Nilai ekonomi dari mengalahkan pesaing pada hari-hari ini bisa dibilang nol. Nilai sebagai sumber arus informasi yang terpercaya dalam jangka waktu lama adalah signifikan. Ini bukan sebuah poin yang bertentangan, kalau dipikir-pikir.

  • Berhenti mengirimkan cerita anda ke perlombaan penulisan/pelaporan. Ini hanya akan mendorong anda menulis demi wartawan lain, bukan demi pembaca anda.

  • Simak pembaca anda lebih baik lagi. Hargai setiap pujian kecil yang tulus. Jika itu berupa sebuah surat atau kartu pos, tempelkan di papan buletin anda; jika itu berupa email, cetaklah dan tempel juga di situ. Jadikan pujian tulus pembaca sebagai tujuan sehari-hari. Berhenti memandang sebelah mata kritikan yang mengeluh tentang setiap hal yang dilakukan koran anda.

  • Masukkan lebih banyak orang dalam cerita anda dan lebih sedikit gelar. Saya akan mengarang sebuah aturan khusus ini, tetapi untuk setiap judul, anda harus mengutip dua orang yang tak punya gelar. Jadi, jika anda meliput dewan kota dan mengutip walikota dan anggota dewan, anda perlu juga memasukkan empat orang tanpa gelar. Orang biasa yang nyata. Berikan tekanan pada dampak yang dirasakan orang biasa, bukan hanya apa yang dikatakan orang tentang sebuah isu atau kejadian. Coba lihat berapa banyak cerita tentang dewan kota yang anda bisa tulis dalam sebulan tanpa sekalipun menyebut pejabat terpilih/yang ditunjuk.

  • Jangan meliput proses. Liputlah cerita sebenarnya. Cerita sebenarnya memuat orang biasa, dengan hal-hal nyata yang hendak dikatakan, tentang hal nyata yang mempengaruhi kehidupan mereka.

  • Kuasai subjek yang anda liput. Anda harus lebih paham liputan anda dari semua sumber. Ini akan menolong anda menghindari "konon katanya". Membuat anda lebih mampu menulis cerita yang dalam, dan memberi anda keyakinan untuk menambah perspektif. Anda juga akan bisa menggali lebih banyak cerita yang lebih baik lagi.

  • Lupakan anggapan-palsu objektivitas. Sebaliknya, berusahalah adil, jujur, tak berpihak, dan akurat.

  • Jadilah akurat. Selalu. Menjadi akurat bukanlah sekedar mendapatkan fakta yang benar. Dia membimbing pendekatan anda sepenuhnya terhadap sebuah cerita. Sebagian dari menjadi akurat artinya anda tidak pernah membesar-besarkan. Tidak pernah. Anda takkan pernah menggoreng konflik hanya supaya cerita halaman satu yang lebih keren. Anda takkan pernah memotong kutipan supaya jadi lebih dramatis, atau mengutak-atiknya demi menekankan sebuah hal.

  • Liputlah masyarakat anda layaknya kampung halaman anda dan semoga saja iya libatkan diri anda dalam masyarakat dan pedulikan orang-orangnya. Meski kenyataan bisa saja mengganggu, dan anda bisa saja harus pindah suatu hari nanti, setidaknya ketika anda sedang meliput sekelompok masyarakat, bangunlah pemikiran bahwa anda akan tinggal selamanya meliput kota ini, atau topik ini.


Written By : Firman Firdaus
source : http://www.ubb.ac.id

Deskripsi Esai, Panduan Menulis, Tips dan Trik, dan Langkah Membuat Esai

Apakah Esai itu?

Sebuah esai adalah sebuah komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subyek tertentu. Sebuah esai dasar dibagi menjadi tiga bagian: pendahuluan yang berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi subyek bahasan dan pengantar tentang subyek; tubuh esai yang menyajikan seluruh informasi tentang subyek; dan terakhir adalah konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subyek.

Apa yang membedakan esai dan bukan esai? Untuk menjawab pertanyaan ini dapat dilakukan dengan merujuk pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada, tetapi pendapat-pendapat atau rumusan-rumusan yang telah ada sering kali masih tidak lengkap dan kadang bertolak belakang sehingga masih mengandung kekurangan juga. Misal mengenai ukuran esai, ada yang menyatakan bebas, sedang, dan dapat dibaca sekali duduk; mengenai isi esai, ada yang menyatakan berupa analisis, penafsiran dan uraian (sastra, budaya, filsafat, ilmu); dan demikian juga mengenai gaya dan metode esai ada yang menyatakan bebas dan ada yang menyatakan teratur.

Penjelasan mengenai esai dapat lebih "aman dan mudah dimengerti" jika ditempuh dengan cara meminjam pembagian model penalaran ala Edward de Bono. Menurut De Bono, penalaran dapat dibagi menjadi dua model. Pertama, model penalaran vertikal (memusatkan perhatian dan mengesampingkan sesuatu yang tidak relevan) dan kedua model penalaran lateral (membukakan perhatian dan menerima semua kemungkinan dan pengaruh).

Dari pembagian model penalaran ini, esai cenderung lebih mengamalkan penalaran lateral karena esai cenderung tidak analitis dan acak, melainkan dapat melompat-lompat dan provokatif. Sebab, esai menurut makna asal katanya adalah sebuah upaya atau percobaan yang tidak harus menjawab suatu persoalan secara final, tetapi lebih ingin merangsang. Menurut Francis Bacon, esai lebih sebagai butir garam pembangkit selera ketimbang sebuah makanan yang mengenyangkan.



Sejarah Esai

Esai mulai dikenal pada tahun 1500-an dimana seorang filsuf Perancis, Montaigne, menulis sebuah buku yang mencantumkan beberapa anekdot dan observasinya. Buku pertamanya ini diterbitkan pada tahun 1580 yang berjudul Essais yang berarti attempts atau usaha. Montaigne menulis beberapa cerita dalam buku ini dan menyatakan bahwa bukunya diterbitkan berdasarkan pendapat pribadinya. Esai ini, berdasarkan pengakuan Montaigne, bertujuan mengekspresikan pandangannya tentang kehidupan.

Lalu bagaimana pengertian esai menurut Montaigne? Montaigne menuliskan sikap dan pandangannya mengenai esai melalui deskripsi-deskripsinya yang tersirat, sahaja, rendah hati tetapi jernih dalam sebuah kata pengantar bukunya: "Pembaca, ini sebuah buku yang jujur. Anda diperingatkan semenjak awal bahwa dalam buku ini telah saya tetapkan suatu tujuan yang bersifat kekeluargaan dan pribadi. Tidak terpikir oleh saya bahwa buku ini harus bermanfaat untuk anda atau harus memuliakan diri saya. Maksud itu berada di luar kemampuan saya. Buku ini saya persembahkan kepada para kerabat dan handai taulan agar dapat mereka manfaatkan secara pribadi sehingga ketika saya tidak lagi berada di tengah-tengah mereka (suatu hal yang pasti segera mereka alami), dapatlah mereka temukan di dalamnya beberapa sifat dari kebiasaan dan rasa humor saya, dan mudah-mudahan, dengan cara itu, pengetahuan yang telah mereka peroleh tentang diri saya tetap awet dan selalu hidup" (dari "To The Reader").

Kemudian, pada tahun 1600-an, Sir Francis Bacon menjadi Esais Inggris pertama. Bukunya berjudul Essay. Bentuk, panjang, kejelasan, dan ritme kalimat dari esai ini menjadi standar bagi esais-esais sesudahnya. Ada beberapa esai yang formal, dan ada beberapa esai lain yang bersifat informal. Bentuk esai informal lebih mudah ditulis karena lebih bersifat personal, jenaka, dengan bentuk yang bergaya, struktur yang tidak terlalu formal, dan bertutur. Bentuk esai formal lebih sering dipergunakan oleh para pelajar, mahasiswa dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Formal esai dibedakan dari tujuannya yang lebih serius, berbobot, logis dan lebih panjang.

Di Indonesia bentuk esai dipopulerkan oleh HB Jassin melalui tinjauan-tinjauannya mengenai karya-karya sastra Indonesia yang kemudian dibukukan (sebanyak empat jilid) dengan judul Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (1985), tapi Jassin tidak bisa menerangjelaskan rumusan esai.


Tipe Esai

Esai Deskriptif
Esai deskriptif biasanya bertujuan menciptakan kesan tentang seseorang, tempat, atau benda. Bentuk esai ini mencakup rincian nyata untuk membawa pembaca pada visualisasi dari sebuah subyek. Rincian pendukung disajikan dalam urutan tertentu (kiri ke kanan, atas ke bawah, dekat ke jauh, arah jarum jam, dll). Pola pergerakan ini mencerminkan urutan rincian yang dirasakan melalui penginderaan.

Esai ekspositori
Esai ini menjelaskan subyek ke pembaca. Biasanya dilengkapi dengan penjelasan tentang proses, membandingkan dua hal, identifikasi hubungan sebab-akibat, menjelaskan dengan contoh, membagi dan mengklasifikasikan, atau mendefinisikan. Urutan penjelasannya sangat bervariasi, tergantung dari tipe esai ekspositori yang dibuat. Esai proses akan menyajikan urutan yang bersifat kronologis (berdasarkan waktu); esai yang membandingkan akan menjelaskan dengan contoh-contoh; esai perbandingan atau klasifikasi akan menggunakan urutan kepentingan (terpenting sampai yang tak penting, atau sebaliknya); esai sebab-akibat mungkin mengidentifikasi suatu sebab dan meramalkan akibat, atau sebaliknya, mulai dengan akibat dan mencari sebabnya.

Esai naratif
Menggambarkan suatu ide dengan cara bertutur. Kejadian yang diceritakan biasanya disajikan sesuai urutan waktu. Esai persuasif bersuaha mengubah perilaku pembaca atau memotivasi pembaca untuk ikut serta dalam suatu aksi/tindakan. Esai ini dapat menyatakan suatu emosi atau tampak emosional. Rincian pendukung biasanya disajikan berdasarkan urutan kepentingannya.

Esai dokumentatif
Memberikan informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah suatu institusi atau otoritas tertentu. Esai ini mengikuti panduan dari MLA, APA, atau panduan Turabian.



Panduan Dasar Menulis Esai

Untuk membuat sebuah esai yang berkualitas, diperlukan kemampuan dasar menulis dan latihan yang terus menerus. Berikut ini panduan dasar dalam menulis sebuah esai.


Struktur Sebuah Esai

Pada dasarnya, sebuah esai terbagi minimum dalam lima paragraf:

  1. Paragraf Pertama

    Dalam paragraf ini penulis memperkenalkan topik yang akan dikemukakan, berikut tesisnya. Tesis ini harus dikemukakan dalam kalimat yang singkat dan jelas, sedapat mungkin pada kalimat pertama. Selanjutnya pembaca diperkenalkan pada tiga paragraf berikutnya yang mengembangkan tesis tersebut dalam beberapa sub topik.

  2. Paragraf Kedua sampai kelima

    Ketiga paragraf ini disebut tubuh dari sebuah esai yang memiliki struktur yang sama. Kalimat pendukung tesis dan argumen-argumennya dituliskan sebagai analisa dengan melihat relevansi dan relasinya dengan masing-masing sub topik.

  3. Paragraf Kelima (terakhir)

    Paragraf kelima merupakan paragraf kesimpulan. Tuliskan kembali tesis dan sub topik yang telah dibahas dalam paragraf kedua sampai kelima sebagai sebuah sintesis untuk meyakinkan pembaca



Langkah-langkah membuat Esai

1. Tentukan topik
2. Buatlah outline atau garis besar ide-ide anda
3. Tuliskan tesis anda dalam kalimat yang singkat dan jelas
4. Tuliskan tubuh tesis anda:
  • Mulailah dengan poin-poin penting
  • kemudian buatlah beberapa sub topik
  • Kembangkan sub topik yang telah anda buat

5. Buatlah paragraf pertama (pendahuluan)
6. Tuliskan kesimpulan
7. Berikan sentuhan terakhir


Memilih Topik

Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.

Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang "Indonesia" adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi "Kekayaan Budaya Indonesia" atau "Situasi Politik di Indonesia". Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.

Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.
  • Tentukan Tujuan
    Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.

  • Tuliskan Minat Anda
    Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.

  • Evaluasi Potensial Topik
    Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.



Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.


Membuat Outline

Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.
  1. Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas
  2. Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya
  3. Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:
    • Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik
    • Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca
    • Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut
  4. Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama



Menuliskan Tesis

Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:
  • Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia
  • Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.



Menuliskan Tubuh Esai

Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.

Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:

  1. Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: "Pemberantasan korupsi di Indonesia", anda dapat menuliskan: "Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama".
  2. Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.
  3. Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi.
  4. Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.


Setelah menuliskan tubuh tesis, anda hanya tinggal menuliskan dua paragraf: pendahuluan dan kesimpulan.


Menulis Paragraf Pertama

  1. Mulailah dengan menarik perhatian pembaca.
    • Memulai dengan suatu informasi nyata dan terpercaya. Informasi ini tidak perlu benar-benar baru untuk pembaca anda, namun bisa menjadi ilustrasi untuk poin yang anda buat.
    • Memulai dengan suatu anekdot, yaitu suatu cerita yang menggambarkan poin yang anda maksud. Berhati-hatilah dalam membuat anekdot. Meski anekdot ini efektif untuk membangun ketertarikan pembaca, anda harus menggunakannya dengan tepat dan hati-hati.
    • Menggunakan dialog dalam dua atau tiga kalimat antara beberapa pembicara untuk menyampaikan poin anda.
  2. Tambahkan satu atau dua kalimat yang akan membawa pembaca pada pernyataan tesis anda.
  3. Tutup paragraf anda dengan pernyataan tesis anda.



Menuliskan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan rangkuman dari poin-poin yang telah anda kemukakan dan memberikan perspektif akhir anda kepada pembaca. Tuliskan dalam tiga atau empat kalimat (namun jangan menulis ulang sama persis seperti dalam tubuh tesis di atas) yang menggambarkan pendapat dan perasaan anda tentang topik yang dibahas. Anda dapat menggunakan anekdot untuk menutup esai anda.


Memberikah Sentuhan Akhir
  1. Teliti urutan paragraf Mana yang paling kuat? Letakkan paragraf terkuat pada urutan pertama, dan paragraf terlemah di tengah. Namun, urutan tersebut harus masuk akal. Jika naskah anda menjelaskan suatu proses, anda harus bertahan pada urutan yang anda buat.
  2. Teliti format penulisan. Telitilah format penulisan seperti margin, spasi, nama, tanggal, dan sebagainya
  3. Teliti tulisan. Anda dapat merevisi hasil tulisan anda, memperkuat poin yang lemah. Baca dan baca kembali naskah anda.
  4. Apakah masuk akal? Tinggalkan dulu naskah anda beberapa jam, kemudian baca kembali. Apakah masih masuk akal?
  5. Apakah kalimat satu dengan yang lain mengalir dengan halus dan lancar? Bila tidak, tambahkan bebearpa kata dan frase untuk menghubungkannya. Atau tambahkan satu kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelumnya.
  6. Teliti kembali penulisan dan tata bahasa anda.


Source : http://www.asmakmalaikat.com